AS Tambah Jumlah Prajuritnya di Suriah Menjelang Assad Digulingkan

Ilustrasi prajurit AS/Pixabay

FAKTA GRUP – Amerika Serikat (AS) menambah jumlah prajuritnya di Suriah lebih dari dua kali lipat sebelum Bashar Assad digulingkan. Mereka akan berada di sana selama beberapa bulan atau bahkan lebih dari satu tahun.

Selama bertahun-tahun Washington mengatakan bahwa jumlah tentara AS di Suriah hanya sekitar 900 orang, tetapi sekretaris pers Pentagon Mayor Jenderal Pat Ryder mengakui sekarang jumlah serdadu AS di sana sekitar 2.000.

Di tengah kekacauan menjelang Assad digulingkan pada 8 Desember, Pentagon berkali-kali ditanya perihal keberadaan pasukan Amerika Serikat di Suriah. Departemen Pertahanan AS itu tidak mengungkapkan tentang penambahan pasukan dan justru mengulang jumlah 900 yang sama.

Berbicara dalam konferensi pers hari Kamis 19 Desember 2024, Ryder mengatakan pasukan tambahan tersebut sudah berada di Suriah “setidaknya satu bulan – sudah berada di sana selama beberapa waktu.”

Dia mengklaim baru saja mengetahui angka baru itu dan penambahan tersebut tidak ada hubungannya dengan penggulingan Assad atau peningkatan serangan oleh atau terhadap kelompok IS alias ISIS.

Ryder mengatakan bahwa penambahan pasukan itu bersifat “sementara” dan mereka ada di sana untuk meningkatkan operasi AS melawan kelompok ISIS. Dia mengatakan pasukan konvensional dan operasi khusus Angkatan Darat AS merupakan bagian terbesar dari pasukan tambahan tersebut.

Deskripsi “sementara” ini bisa dikatakan ambigu karena faktanya tentara AS sudah keluar-masuk Suriah selama hampir satu dekade, dan selama sebagian besar tahun 2023, atau mungkin dua tahun terakhir, jumlah pasukannya tetap konsisten dikatakan oleh Pentagon 900. Baru kali ini Pentagon mengakui bahwa jumlah pasukan AS di Suriah sekitar 2.000.

Ryder mengatakan dia “tidak melacak” penyesuaian tambahan apa pun terhadap jumlah pasukan AS di Suriah di masa mendatang. Namun, jumlahnya didiga kuat akan berubah, karena Presiden terpilih Donald Trump mengatakan dia tidak mendukung pasukan AS terlibat lebih jauh di Suriah.

Ketika ditanya apakah Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengetahui jumlah pasukan AS sebanyak itu di Suriah, Ryder mengatakan bahwa pihaknya berkeyakinan Menteri Pertahanan AS mengetahui berapa banyak jumlah tentara Amerika yang dikerahkan di berbagai belahan dunia.

Ketika ditanya apakah Menteri Austin memberikan perintah kepada stafnya untuk merahasiakan jumlah sesungguhnya tentara AS yang dikerahkan di Suriah, Ryder mengatakan tidak.

Ryder juga mengatakan bahwa Austin belum berbicara dengan Jenderal Erik Kurilla, jenderal tertinggi AS untuk kawasan Timur Tengah, mengenai masalah tersebut.

Trump berupaya menarik pasukan AS dari Suriah selama masa jabatan presiden pertamanya, sehingga mendorong Jim Mattis mengundurkan diri sebagai protes dari jabatan menteri pertahanan kala itu.

Trump berpendapat penarikan pasukan AS dari Suriah justru bermanfaat untuk melindungi ladang-ladang minyak yang penting di sana.*