Manuver Politik PAN Dekati Menkeu Purbaya: Dinilai Jadi Magnet Elektoral Potensial

Manuver Politik PAN Dekati Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa
Gaya Ceplas-Ceplos Menkeu Purbaya Dibandingkan dengan Gus Dur dan Rizal Ramli/(instagram )

Faktanatuna.id, NASIONAL – Partai Amanat Nasional (PAN) dinilai tengah memainkan manuver politik yang cerdik dengan berupaya mendekati Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa. Langkah ini menjadi sorotan karena Purbaya kini memiliki elektabilitas yang sedang menanjak, menjadikannya figur potensial di panggung politik nasional.

Direktur ABC Riset & Consulting, Erizal, menilai upaya PAN merekrut Purbaya sebagai kader adalah langkah strategis yang patut diperhitungkan. Menurutnya, partai politik memerlukan tokoh yang dapat berfungsi sebagai “magnet elektoral” atau penarik suara dalam kontestasi pemilu.

“Sebab tokoh seperti Purbaya lah yang nantinya diperlukan sebagai magnet electoral dalam Pemilu,” kata Erizal, Sabtu (1/11/2025). Analisis ini menggarisbawahi bahwa PAN melihat potensi elektoral yang kuat pada sosok Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa yang kini sering tampil di publik.

Sejarah Kolaborasi Politik dan Pola Kepemimpinan

Erizal menggarisbawahi bahwa sejarah politik di Indonesia sering kali menunjukkan pola di mana tokoh dari dalam lingkaran kekuasaan berkolaborasi dengan kekuatan di luar untuk meraih kepemimpinan. Ia merujuk pada jejak langkah politik SBY, Jokowi, hingga Prabowo Subianto sendiri sebagai contoh dari pola tersebut.

Menurut Erizal, bahkan Anies Baswedan pun berpotensi mengikuti pola serupa jika ia memenangkan Pilpres 2024. Namun, Erizal berpendapat bahwa Presiden Jokowi lebih cepat menyadari potensi tersebut dan segera mengambil langkah untuk memotongnya di tengah jalan, merujuk pada dinamika politik di masa lalu.

Langkah Penyatuan, Bukan Perlawanan

Meskipun Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa sendiri telah menyatakan sikapnya untuk fokus bekerja dan tidak tertarik pada politik praktis, Erizal melihat Manuver Politik PAN ini dalam konteks yang lebih luas, yaitu jangka panjang. Ia juga mencatat bahwa situasi politik yang dihadapi Presiden Prabowo saat ini tidaklah mudah dan waktu menuju pemilu berikutnya masih panjang.

Erizal menegaskan bahwa upaya PAN ini sebaiknya tidak ditafsirkan sebagai upaya untuk mempertentangkan Purbaya dengan Prabowo. Sebaliknya, ia melihat ini sebagai langkah strategis untuk menyatukan kekuatan potensial ke dalam poros politik tertentu. “Langkah PAN menarik Purbaya sebagai kader tentu bukan usaha mempertentangkan dengan Prabowo, melainkan untuk menyatukannya,” tutup Erizal. Pendekatan ini menunjukkan bahwa PAN sedang berupaya mengamankan figur potensial yang memiliki leverage tinggi di panggung politik masa depan.

(*Drw)